Friday, January 4, 2008

WANITA MISKIN

Pada masa pemerintahan Khalifah Al-Mahdi, hiduplah seorang gubernur. Suatu hari gubernur itu mengumpulkan seluruh penduduknya dan menaburkan kepingan dinar di hadapan mereka. Semua orang saling berebutan ingin memungut kepingan sebanyak-banyaknya. Kecuali seorang wanita yang tampak lusuh dan kumal, berkulit hitam dan jelek. Ketika semua orang berebut untuk mengambil uang, si wanita hanya diam tak bergerak. Ia memandangi tetangga-tetangganya yang sedang memunguti kepingan dinar yang dibagikan oleh sang gubernur. Dalam hatinya ia memandang begitu aneh. Para tetangganya yang sebenarnya lebih kaya darinya, terlihat begitu kekurangan.


Dengan heran sang gubernur bertanya, “Mengapa anda tidak ikut memunguti uang dinar itu seperti tetangga-tetangga anda?”

Wanita berwajah buruk itu menjawab, “Sebab yang mereka cari harta sebagai bekal dunia. Sedangkan yang saya butuhkan bukan dinar melainkan bekal untuk akhirat.”

“Maksud anda?" tanya sang gubernur mulai tertarik dengan kepribadian wanita itu.”

“Maksud saya, harta dunia saya sudah cukup. Yang sangat saya butuhkan adalah bekal akhirat, yaitu salat, puasa dan zikir. Sebab perjalanan di dunia amatlah pendek dibanding dengan pengembaraan di akhirat yang panjang dan kekal.”

Dengan jawaban seperti itu, sang gubernur merasa tersindir. Beliau insaf, dirinya selama ini hanya disibukkan oleh kegiatan mengumpulkan harta benda dunia dan melalaikan kewajiban agama. Padahal kekayaannya melimpah ruah, mungkin tidak akan habis dimakan oleh keluarganya sampai tujuh turunan. Sedangkan umurnya sudah di atas setengah abad, dan tentunya malaikat Izrail sudah mengawasinya sejak lama.

Akhirnya sang gubernur jatuh cinta kepada perempuan lusuh yang wajahnya sedikit lebih bagus dari monyet itu. Kabar itu segera tersebar ke seluruh pelosok negeri. Para pejabat tak habis pikir, bagaimana seorang gubernur bisa menaruh hati kepada perempuan rakyat jelata yang jelek itu.

Maka, pada suatu kesempatan, sang gubernur mengundang mereka menghadiri sebuah pesta mewah. Juga para penduduk, termasuk wanita yang telah membuat gubernur jatuh cinta. Kepada mereka diberikan gelas kristal yang berhiaskan permata, berisi anggur segar. Gubernur lantas memerintahkan agar mereka membanting gelas masing-masing. Semuanya bingung dan tidak seorang pun yang mau mengikuti perintah itu. Namun, tiba-tiba terdengar bunyi berdenting. Mereka langsung melongok, siapakah orang bodoh yang bersedia menaati perintah ngawur dari gubernur itu. Ternyata dia adalah si wanita jelek itu. Hanya orang gila yang melaksanakan perintah itu. Itulah si perempuan berwajah buruk. Di sekelilingnya pecahan kaca berhamburan. Semua orang tampak terkejut dan keheranan. Gubernur lalu bertanya, “Mengapa anda membanting gelas itu?”

Tanpa takut wanita itu menjawab, “Ada beberapa sebab. Pertama, dengan memecahkan gelas ini berarti kekayaan Gubernur akan berkurang. Tetapi, menurut saya hal itu lebih baik daripada wibawa Gubernur berkurang akibat perintah Gubernur tidak dipatuhi oleh masyarakat.”

Gubernur terkesima. Para tamunya juga kagum akan jawaban yang memang masuk akal itu.

“Sebab lainnya?” tanya gubernur. Wanita itu menjawab, “Kedua, saya hanya menaati perintah Allah. Sebab di dalam Alquran, Allah memerintahkan agar kita mematuhi Allah, utusan-Nya, dan para penguasa yang telah kami pilih. Sedangkan gubernur adalah penguasa, maka dengan segala resikonya saya laksanakan perintah gubernur tadi.”

Gubernur semakin kagum pada wanita itu. Demikian pula dengan para tamunya. “Masih ada sebab lain?”

Perempuan itu mengangguk dan berkata, “Ketiga, dengan saya memecahkan gelas itu, orang-orang akan menganggap saya gila. Namun, hal itu lebih baik buat saya. Biarlah saya dicap gila daripada tidak melakukan perintah Gubernur, yang berarti saya sudah mendurhakai Gubernur. Tuduhan saya gila, akan saya terima dengan lapang dada daripada saya dituduh durhaka kepada penguasa yang dipilih dengan sah. Itu lebih berat buat saya.”

Akhirnya, ketika kemudian Gubernur yang sudah lama ditinggal mati istrinya itu melamar dan menikahi wanita bertampang jelek itu, semua orang berbalik mendukung dan bergembira karena gubernur memperoleh jodoh seorang wanita yang tak hanya menaati suaminya, tetapi juga taat kepada pemimpinnya, kepada Nabinya, dan kepada Tuhannya.

tausiyah

Alangkah indahnya, apabila di dalam sebuah negara terdapat model manusia seperti apa yang digambarkan dalam cerita di atas. Seorang hamba Allah yang lebih mementingkan akhiratnya daripada kehidupan dunianya. Seorang rakyat yang mematuhi pemimpinnya yang sudah dipilih dengan cara yang sah. Dan seorang penguasa yang tahu bagaimana menghargai rakyatnya.

Setiap orang, kelak akan dimintai pertanggungjawabannya atas apa saja yang telah dilakukannya di atas dunia. Apa yang telah mereka lakukan sebagai penguasa. Ya, karena pada dasarnya semua manusia adalah seorang pemimpin. Minimal pemimpin bagi diri sendiri. Apakah mereka telah memimpin dirinya ke arah yang benar? Ataukah malah mereka menjerumuskan dirinya ke dalam hal-hal yang tidak diridhai oleh Allah SWT.

Memimpin dimulai dari diri sendiri. Memerintahkan tangan, kaki, mata, mulut, dan semua indera yang terpasang di tubuh hanya untuk beribadah kepada-Nya. Tentunya, ibadah bukanlah sebatas aktivitas ritual, tapi juga intelektual dan sosial. Kemudian menanjak ke keluarga dekat, kemudian tetangga dekat, begitu seterusnya. Sehingga, pada akhirnya seluruh negara akan menjadi negara yang dilimpahi rahmat oleh Allah SWT. Seperti yang disampaikan oleh KH Ahmad Dahlan, “mulailah dari dirimu sendiri.”

Sebanyak apa pun harta yang kita miliki tak akan sanggup membeli surga. Hematlah waktu untuk beribadah kepada Yang Kuasa. Hanya dengan mengemis cinta-Nyalah kita bisa mendapatkan sedikit kemurahan untuk dapat berakhir bahagia di akhirat nantinya.



No comments:

Post a Comment