Saturday, February 9, 2008

Andaikata Lebih Panjang Lagi

Sebagaimana yang biasa dilakukan oleh Rasulullah ketika ada salah satu sahabatnya yang meninggal dunia, beliau mengantarkan jenazahnya hingga tanah pekuburan. Dan ketika kembali dari sana beliau selalu menyempatkan diri untuk menemui keluarga almarhum. Beliau berusaha mengingatkan mereka agar tabah dan tawakal dalam menghadapi kepergian almarhum. Pada saat itulah Rasul bertanya, “Apakah almarhum tidak meninggalkan wasiat sebelum wafat?”

Istri almarhum yang masih berduka menjawab, “Saya mendengar kata-katanya di sela nafasnya yang tersengal-sengal menjelang wafat, Ya Rasul.”

“Apa yang beliau katakan?”



“Saya agak kesulitan memahami ucapannya. Dia mengucapkan potongan-potongan kalimat. Entah karena menahan sakitnya sakaratul maut ataukah sebab lainnya.”

“Bagaimana bunyinya?” selidik Rasulullah.

“Dia berkata : Andaikata lebih panjang lagi....andaikata yang masih baru...andaikata semuanya..... Hanya itu yang bisa saya dengar dari sekian banyak ucapannya. Kami jadi bingung mengartikannya. Apakah perkataan-perkataan itu ada maknanya Ya Rasul.”

Rasulullah tersenyum, “Apa yang diucapkan suamimu itu tidak keliru. Pada suatu hari ia sedang bergegas akan ke mesjid untuk melaksanakan shalat jum’at. Di tengah jalan ia berpapasan dengan seorang buta yang juga ingin ke mesjid. Orang buta itu berjalan terantuk-antuk karena tidak ada yang menuntun jalannya. Maka suami nyonya yang membimbingnya sampai di mesjid. Begitulah, ketika beliau hendak menghembuskan nafas terakhir, ia menyaksikan pahala dari amal baiknya itu, ia pun berkata : Andaikan lebih panjang lagi..... Maksudnya, andaikata perjalanan ke mesjid itu lebih panjang lagi, pasti pahalanya lebih besar juga.”

“Lalu bagaimana dengan kata-kata lainnya Ya Rasul?” Sang istri tidak mampu menghapus rona bahagia dari wajahnya, setelah apa yang dikatakan Rasulullah tadi.

“Ucapannya yang kedua keluar dari mulutnya tatkala ia melihat hasil perbuatannya yang lain. Karena pada hari berikutnya, ketika ia hendak pergi ke mesjid kala subuh, cuaca amat dingin. Di pinggir jalan dia melihat seorang lelaki tua yang tengah menggigil kedinginan. Kebetulan suami nyonya membawa dua buah mantel. Satu dipakainya dan satu lagi disimpan di kantongnya. Maka beliau mencopot mantel lama yang dipakainya, dan menyerahkannya kepada lelaki itu. Lalu ia memakai mantel baru yang disimpan di dalam kantongnya. Menjelang saat-saat terakhirnya, suami nyonya melihat balasan amal kebajikannya itu sehingga ia menyesal dan berkata : Seandainya aku memberikan mantel yang masih baru kepadanya dan bukan mantelku yang lama tentunya pahalaku lebih besar lagi.”

“Ucapannya yang ketiga maksudnya apa ya Rasul?”

“Ingatkah nyonya pada suatu hari suami nyonya datang dalam keadaan lapar dan meminta disediakan makanan? Nyonya menghidangkan sepotong roti daging. Ketika hendak dimakannya, tiba-tiba seorang musafir mengetuk pintu dan meminta makanan. Suami nyonya membagi dua roti itu, kemudian memberikan salah satu potongannya kepada musafir itu. Makanya suami nyonya menjadi amat kaget melihat betapa besarnya pahala dari tindakan itu, dan dia menyesal hanya memberikan separoh roti itu.”



Kalau kamu berbuat baik, sebetulnya kamu berbuat baik untuk dirimu. Dan jika kamu berbuat buruk, berarti kamu telah berbuat buruk atas dirimu pula.”(surat Al Isra':7)


1 comment:

  1. Artikel di blog ini bagus. Kami berharap bisa meningkatkan kerjasama dengan memasangkan WIDGET Lintas Berita di website Anda sehingga akan lebih mempopulerkan artikel Anda untuk seluruh pembaca di seluruh nusantara dan menambah incoming traffic di website Anda. Salam!

    http://www.lintasberita.com/Lokal/Andaikata_Lebih_Panjang_Lagi/

    ReplyDelete