Wednesday, November 21, 2007

November 2, 2007


November 2, 2007

Aneh, ternyata semua yang namanya blog itu Cuma harus dimulai aja, ga usah bimbang lo bakal nerusin atau enggak. Lo pasti bakal nerusin.

Gw juga pernah ngerasain hal yang sama. Tapi, gw malah ketagihan sampai sekarang. Bingung juga sih mau nulis apa. Ya udah, daripada kosong melompong meding diisi sama cerita-cerita hikmah aja kali ya. Here we go!

NILAI SEBUAH KEJUJURAN

Al-Qadhi Abu Bakar Muhammad bin Abdul Baqi bin Muhammad Al-Bazzar Al-Anshari bercerita, “Dulu, saya pernah bermukim di kota Mekah. Suatu hari saya merasa lapar sekali. Akan tetapi saya tidak menemukan sesuatu pun yang dapat menghilangkan lapar saya. Tiba-tiba saya menemukan sebuah kantong dari sutera yang diikat dengan tali yang terbuat dari sutera juga.

saya memungut kantong itu dan membawanya pulang ke rumah. Ketika saya buka, saya dapati di dalamnya sebuah kalung permata yang tak pernah saya bayangkan sebelumnya. saya lalu keluar rumah, dan saat itu ada seorang bapak tua yang sedang berteriak-berteriak mencari kantongnya yang hilang sambil memegang sebuah kantong kain yang berisi uang. Beliau mengatakan, “Ini adalah hadiah bagi siapa saja yang mau mengembalikan kantong suteraku yang berisi permata.”

Saya berkata dalam hati, “Aku sedang membutuhkan, aku ini sedang lapar. Aku bisa mengambil uang dinar emas itu untuk aku manfaatkan dan mengembalikan kantong sutera yang di tanganku ini padanya.”

Maka saya mendatangi bapak tua itu, “Marilah Bapak ke rumah saya sebentar.” Lalu saya membawanya ke rumah. Setibanya di rumah, dia menceritakan pada saya ciri kantong sutera itu, ciri-ciri tali pengikatnya, ciri-ciri permata dan jumlahnya berikut ciri-ciri lainnya. Semuanya memang sama dengan apa yang ada di kantong itu. Maka saya mengeluarkan dan memberikan kantong itu kepadanya dan dia pun memberikan untuk saya isi kantong uangnya yang berjumlah lima ratus dinar, tetapi saya tidak mau mengambilnya. Saya katakan padanya, “Memang sudah seharusnya saya mengembalikannya kepada Bapak tanpa mengambil imbalan untuk itu.”

Ternyata dia bersikeras, “Kau harus menerimanya”, terus memaksa saya menerima. Saya tetap pada pendirian, tidak mau menerimanya.

Akhirnya bapak tua itu pamit meninggalkan saya. Beberapa waktu setelah kejadian itu saya bepergian keluar kota Mekah, berlayar dengan menumpang sebuah kapal. Di tengah laut, kapal tumpangan itu pecah, banyak yang tenggelam bersama harta benda mereka. Tetapi saya selamat, karena berpegangan pada potongan papan dari pecahan kapal tadi. Untuk beberapa waktu saya tetap berada di laut, terombang-ambing oleh ombak tanpa tahu ke mana hendak pergi.

Akhirnya saya sampai di sebuah pulau yang berpenduduk. Saya naik ke daratan dan beristirahat di salah satu masjid mereka sambil membaca ayat-ayat Al-Qur'an. Ketika mereka tahu bagaimana saya membacanya, penduduk pulau tersebut terkesima. Esoknya seorang pria datang kepada saya dan mengatakan, “Ajarkanlah Al-Qur'an kepadaku”. Saya penuhi permintaannya. Akhirnya beberapa orang menyusulnya dan minta diajarkan hal yang sama. Dari mereka saya mendapatkan pemberian dan hadiah yang banyak.

Di dalam masjid, saya menemukan beberapa lembar mushaf, saya mengambilnya dan mulai membaca. Lalu mereka bertanya pula, “Kau bisa menulis?”

Saya jawab, “Ya”.

Mereka berkata lagi, “Kalau begitu, ajarilah kami menulis”.

Mereka pun datang membawa anak-anak mereka ikut serta, juga para remaja. saya ajari mereka tulis-menulis. Dari pekerjaan itu saya mendapat banyak hadiah. Setelah itu mereka berkata, “Di desa kami ini ada seorang anak gadis yang yatim, dia mempunyai harta yang sangat banyak. Maukah kau menikahinya?”

Saya menolak karena belum terpikirkan untuk menikah. Tetapi mereka terus mendesak, “Tidak bisa, kau harus mau”. Akhirnya setelah berfikir masak-masak saya menuruti keinginan mereka. Ketika mereka membawa anak gadis itu ke hadapan saya, saya pandangi dia. Tiba-tiba saya melihat kalung permata yang dulu pernah saya temukan di Mekah melingkar di lehernya. Tak ada yang bisa saya lakukan saat itu, hanya terus memperhatikan kalung permata itu.

Mereka berkata, “Sungguh, kau telah menghancurkan hati perempuan yatim ini. Kau hanya memperhatikan kalung itu dan tidak memperhatikan orangnya”.

Maka saya ceritakan kepada mereka kisah saya dengan kalung tersebut. Setelah mereka tahu, mereka meneriakkan tahlil dan takbir hingga terdengar oleh penduduk seisi kampung.

Ada apa dengan kalian?” kata saya bertanya.

Mereka menjawab, “Tahukah engkau, bahwa orang tua yang mengambil kalung itu darimu adalah ayah perempuan ini. Dia pernah bercerita : Aku tidak pernah mendapatkan seorang muslim di dunia ini sebaik orang yang telah mengembalikan kalung ini kepadaku. Dia juga berdoa : Ya Allah, pertemukanlah aku dengan orang itu hingga aku dapat menikahkannya dengan puteriku. Dan sekarang sudah menjadi kenyataan”.

Saya mulai mengarungi kehidupan bersamanya dan kami dikaruniai dua orang anak. Kemudian isteri saya meninggal dan kalung permata menjadi warisan untuk saya dan kedua anak kami. Tetapi tak lama kemudian keduanya meninggal, kalung permata itu masih tersimpan erat. Lalu saya menjualnya seharga seratus ribu dinar. Dan harta yang kalian lihat ada pada saya sekarang ini adalah sisa dari uang seratus ribu dinar itu.”

Moral :

- setiap perbuatan manusia, apakah itu baik atau buruk akan mendapat balasannya sendiri dari Allah SWT.

- Dunia ini adalah tempatnya keseimbangan, jumah harta di dunia adalah segitu-gitu juga, semua hanya berputar dari satu tangan ke tangan yang lainnya. Tak salah jika orang-orang bijak berpesan, hidup itu seperti roda, ada kalanya kita di atas dan ada kalanya kita di bawah.

- Apa yang luput darimu bukan karena dosa, maka Allah akan mengembalikannya kepadamu dengan cara yang tak pernah kamu sangka.

- Orang yang berilmu tidak akan pernah mengalami kekurangan, karena dengan ilmunya dia bisa mendatangkan harta.

- Orang yang berilmu secara tidak langsung akan menjadi tumpuan dan panutan umat di sekelilingnya.

No comments:

Post a Comment