Saya menulis artikel ini saat Metro TV menayangkan acara dialog tentang Ahmadiyah.
Maaf, saya menggunakan kata ’serangan’ karena terasa begitu nyata dalam kehidupan sehari-hari. Hampir setiap jaman pemerintahan, terjadi perlawanan terhadap Islam yang jujur saja boleh dikatakan alasannya tidaklah jelas.
· era persiapan kemerdekaan
pernyataan sila pertama, yang akan ditetapkan sebagai dasar negara yang berbunyi, ”Ketuhanan Yang Maha Esa dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi setiap pemeluknya”. Kalau tidak salah seperti itulah bunyinya, akhirnya tidak dicantumkan. Dengan alasan, menyakiti hati rakyat Indonesia lainnya yang beragama nonmuslim. Dalam sebuah buku tentang sejarah Pancasila, ditulis oleh seorang yang mudah-mudahan tidak memiliki hubungan yang dekat dengan Islam, menyatakan bahwa ketika ditanyakan kepada wakil umat kristen dan nonmuslim di panitia persiapan kemerdekaan, ternyata beliau tidak berkeberatan sama sekali dengan hal tersebut.
Dengan kata lain, tidak ada alasan untuk tidak mencantumkan kata-kata sila pertama tersebut secara lengkap. Lagipula, jika diperhatikan baik-baik, tidak ada sesuatu yang aneh dalam kalimat itu.
· Orde Lama
Presiden Soekarno dalam sejarahnya pernah menentang pemisahan hijab pada sebuah rapat Muhammadiyah di Bengkulu. Alasan beliau, ”Ini diskriminasi gender”. Anehnya, beliau tidak pernah berkomentar sama tentang beberapa sekolah berbasis agama nonmuslim yang terang-terangan memisahkan siswa pria dan wanita.
Jadi .....alasannya apa donk? Maaf saya tidak berani menuliskan di sini, soalnya masih ingin hidup bebas dengan tidak melanggar hukum.
Tapi, beberapa sumber yang saya baca mengatakan bahwa setelah Pak Soekarno membuka hijab tersebut, beliau bisa melihat dengan bebas ke sisi perempuan. Di situ banyak gadis-gadis muda daerah sana yang masih gadis dan belum menikah. Hasil rapat Muhammadiyah tersebut, Ir. Soekarno mendapatkan calon istri selanjutnya.
· Orde Baru
Rasanya tidak perlu dijelaskan lagi bagaimana perlakuan pemerintah, terutama TNI terhadap umat Islam di era orde baru. Kasus Tanjung Priok dan beberapa kasus pelanggaran HAM berat lainnya mewarnai era ini. Tetapi, justru sebuah masa keemasan untuk umat Islam Indonesia. Betapa tidak? Saat itu pemerintah benar-benar melindungi setiap agama dari penodaan dengan adil dan obyektif. Alhasil, aliran sesat tidak dapat berkembang dengan subur, dan setiap keluarga Muslim di Indonesia bisa menjalani hidup dengan tenang, tanpa harus takut ada anggota keluarganya yang terjebak aliran sesat.
· Reformasi
Inilah era yang luar biasa suram bagi umat Islam. Apalagi setelah kejadian 11 September di Amrik. Umat agama lain sudah mulai berani mencampuri urusan internal umat Islam. Mereka dengan gampang berlindung dalam kebebasan beragama. Kemudian, insiden penetapan hari raya Idul fitri di masa pemerintahan SBY. Salah seorang menteri agama mengeluarkan sikap yang seolah mengadu domba umat, bahkan beberapa umat Islam yang berbeda tanggal dihadang tentara bersenjata lengkap ketika akan menggunakan lapangan untuk shalat. Padahal, masalah perbedaan tanggal justru pernah terjadi sebelumnya dan tidak menjadi masalah di kalangan umat. Justru di masa pemerintahan SBY, gejolak dimulai dengan kengototan menteri agama yang bermasalah yang justru membuat sesuatu yang bukan masalah menjadi masalah.
Masalah aliran sesat yang semestinya urusan internal umat Islam dibumbui oleh demo nonmuslim yang tidak jelas sasarannya.
Entah apalagi selanjutnya. Apakah memang Indonesia bukan lagi tempat yang aman untuk umat Islam? Haruskah kita pindah ke Cina, Amerika, Inggris, atau Rusia yang mau memperlakukan umat Islam dengan lebih layak?
No comments:
Post a Comment