Ini sebuah kesimpulan yang ditarik setelah mengamati tindak-tanduk pemerintahan Presiden Bush di percaturan politik dunia saat ini. Saya tidak bermaksud memusuhi (ampun Mister Bush saya masih ingin hidup dengan aman dan nyaman seribu tahun lagi) tetapi sekedar panduan agar kita lebih mengerti jalan fikiran mereka di sana. Tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta....
Mencintai keluarga
Ya..tapi patut dicontoh oleh orang Indonesia, eh pemerintah Indonesia. Ada orang Amrik di Afrika yang kena colek dan ga terima meskipun mungkin dia yang salah duluan, satu armada tempur sudah siap sedia menghantam negara itu. Ini sebuah ciri-ciri negara besar sepanjang sejarah dunia. Ketika peradaban Arab masih jaya-jayanya mereka juga terkenal dengan kode etik ini sehingga mampu menekan kekuasaan Romawi saat itu.
Budaya mafioso inilah yang jika diterapkan di Indonesia mungkin akan terwujud sebuah Indonesia yang adikuasa di dunia. Tidak perduli warga kita salah atau tidak, yang bakal nempeleng dia bukan pemakan roti dan keju, tapi sesama pemakan nasi dan singkong tentunya. Kalau pun dia bikin salah di negara lain, dia ga akan langsung diserahkan begitu saja, tapi diselidiki dan ditanyain dulu di dalam negeri apakah dia betul-betul bersalah atau tidak. kalau pun iya, dia akan diadili di Indonesia, bukan di negara lain.
Nomor satu......Amerika, nomor dua.....Amerika, tiga......Amerika, dst.
Kalau melihat garis kebijaksanaan Presiden Bush, mereka betul-betul tidak perduli dengan negara lain. Boleh jadi kelihatannya mereka menginginkan sebuah kebaikan untuk semua, tapi pada dasarnya mereka tetap mendahulukan kepentingan negaranya sendiri. Bahkan tak jarang menggunakan tangan-tangan terselubung untuk memenuhi tujuan ‘mulia’nya. Tangan terselubung itu di antaranya adalah LSM-LSM yang bergerak dalam berbagai bidang kehidupan.
Ambil contoh kasus lingkungan. Sebuah LSM asing menggembar-gemborkan pelestarian lingkungan. Mereka memprotes kegiatan-kegiatan yang dituduh merusak lingkungan di negara lain, tapi jarang kita lihat mereka sendiri memprotes kegiatan perusakan lingkungan di dalam negeri mereka sendiri.
Padahal, salah satu negara yang belum menandatangani protokol Kyoto, sebuah perjanjian kerjasama antara negara-negara di dunia untuk mengurangi emisi yang dikeluarkan oleh industri di negara masing-masing, adalah Amerika sendiri. Bahkan PBB pun hanyalah sebuah perpanjangan tangan Amerika untuk melakukan aksi-aksinya menguasai dunia. Terbukti, dengan hak vetonya Amerika sering membatalkan keputusan yang sudah disetujui oleh mayoritas anggota PBB sekali pun.
Di Amerika tidak ada Tuhan kecuali akal manusia
Mustahil menggolkan peraturan apalagi undang-undang yang membawa-bawa agama di Amerika kecuali anda hebat dalam perdebatan dan menariksimpati massa. Amerika, hanya kenal satu kebenaran, yaitu suara terbanyak di parlemen.
Padahal, pada kenyataannya, parlemen belum tentu mewakili semua masyarakat, dan bahkan berlawanan dengan arus besar yang sedang mengalir di masyarakat. Ada kepentingan untuk populer dll. Sehingga dalam kehidupan rakyat Amerika banyak hal-hal yang tidak ‘halal’ menjadi halal yang kemudian dibanggakan di negara-negara yang mereka singgahi. Tentunya masih teringat di benak kita bagaimana Afghanistan bertaburan stiker dan poster ‘paha’ dan ‘dada’ setelah kedatangan pasukan Amerika.
Padahal, apa yang dipilih atau disukai bahkan oleh seluruh penduduk dunia sekali pun belum tentu bisa dianggap sebagai sebuah kebenaran.
Suara terbanyak hanya akan membuktikan persetujuan massa terhadap diberlakukannya sebuah aturan. Tetapi masalah aturan itu baik atau cocok dengan masyarakat tidak bisa dibuktikan hanya lewat polling atau voting.
Percaya diri
Ini karakter besar yang mereka bawa sejak memenangkan PD II. Akhirnya, mereka merasa budaya Amerika, makanan Amerika adalah nomor satu di dunia. Sehingga, sering ada sindiran-sindiran halus dalam film-film mereka terutama pada budaya Timur. Karena menurut mereka (walau tak diucapkan) budaya mereka adalah yang terbaik.
Bermuka dua
Ini terlihat dari upaya mereka menguasai dunia lewat ekonominya, budayanya dan lain-lain. Mereka menggalakkan penggunaan kondom dengan slogan memberantas AIDS sementara menutup mata bahwa penyebab AIDS sesungguhnya adalah perilaku manusia yang melakukan seks secara serampangan. Kadang dengan sesama jenis bahkan, kalau tidak berganti-ganti pasangan.
Tapi, dengan gigih mereka tetap maju dan berkampanye, melibatkan kekuatan budaya mereka lewat band-band dan musisi. Akhirnya banyak orang Asia pun yang larut dalam kampanye yang sebenarnya mereka sendiri tidak mengerti.
Kampanye anti Narkoba mereka gembar-gemborkan, padahal mereka berkepentingan karena pembeli utama senjata-senjata mereka salah satunya adalah geng pedagang narkoba tersebut.
Menghalalkan segala cara
Kalau anda langganan majalah angkasa atau komando anda akan tahu bahwa banyak operasi militer dengan korban rakyat sipil dilakukan oleh Amerika untuk mengutak-atik percaturan politik dunia. Operasi militer itu dilakukan dengan rahasia sehingga Amerika tetap terlihat sebagai ‘dewa penyelamat’ di mata dunia. Tapi syukurnya mereka tak selalu berhasil, seperti di Iran.
Mereka tahu tapi tidak mau tahu
Saya yakin, dengan kemajuan media Amerika yang mampu mempromosikan budaya mereka hingga belahan dunia Timur, seharusnya masyarakat Amerika bisa melihat dengan jernih apa yang dibenci dan kenapa orang non-Amerika membenci Amerika seperti poin-poin di atas.
Tetapi anehnya, ketika terjadi tragedi WTC dan misalnya perlawanan dari Vietnam atau Korea Utara atau Indonesia, rakyat Amerika masih saja bertanya “Kenapa mereka berbuat demikian?”
Tapi kabarnya karena kemajuannya yang luar biasa pemerintah Amerika bahkan sanggup menyeleksi berita yang diterima rakyatnya. Salah satunya, buku karya seorang dokter Katolik Singapura yang terjun ke Palestina tidak diizinkan beredar di Amerika, konon karena buku tersebut menjelaskan secara gamblang bagaimana Sesungguhnya posisi Israel di Palestina yang ........tidak kejam, tidak diskriminatif, tidak melecehkan agama Islam, tidak membakar Mesjid, tidak membunuh penduduk sipil dan lain-lain.
Akibatnya, rakyat Amerika masih saja sibuk bertanya, “Kenapa mereka begitu semangat menentang pemerintah kita?”
100+100= Cepe dech.....^_^
Bagaimana menurut anda?
No comments:
Post a Comment