Friday, April 11, 2008

Pembakaran

“Tak ada rahasia untuk menggapai sukses. Sukses itu dapat terjadi karena persiapan, kerja keras, dan mau belajar dari kegagalan.” (Jenderal Colin Powell)

Sepasang kakek dan nenek pergi berbelanja ke sebuah toko souvenir untuk mencari hadiah buat cucu mereka. Kemudian mata mereka tertuju pada sebuah cangkir cantik. “Lihat cangkir itu!”, kata si nenek pada suaminya.
“Ya! Benar, ini adalah cangkir terindah yang pernah kulihat.” Sahut si kakek. Mereka mendekati cangkir itu, “Aku tak bisa membayangkan, bagaimana seseorang bisa membuat cangkir seindah ini.” Kata si nenek sambil tangannya ingin memegang si cangkir.

Tiba-tiba si cangkir berkata, “Terima kasih untuk perhatian kalian, perlu diketahui bahwa aku dulunya tidaklah cantik. Sebelum menjadi cangkir aku hanyalah seonggok tanah liat tak berguna. Suatu hari seorang pengrajin dengan tangan kotor mengambilku dan melemparku ke atas sebuah roda berputar. Kemudian ia mulai memutar-mutarku hingga aku merasa pusing, Stop! Stop! Aku terus berteriak tapi orang itu tak mau berhenti, ia terus meninjuku berulang-ulang. Semakin sering aku berteriak, namun orang itu tak mau mendengarkan. Bahkan, dia tega memasukkanku ke dalam perapian. Panas! Panas! Teriakku dengan keras, tapi tetap tak diacuhkannya. Akhirnya, dia mengangkatku dari perapian, dan membiarkan tubuhku dingin. Setelah dingin, kupikir keadaan akan lebih baik. Ternyata aku diberikan pada seorang wanita muda untuk dilukis dan dihias dengan warna. Baunya membuatku mual. Aku berusaha bertahan, hingga si wanita menyerahkanku pada orang tadi. Dia kembali memasukkanku ke dalam perapian. Panas! Panas! Aku sampai menangis karena dia tetap menyiksaku. Setelah puas, dia baru melepaskanku dan membiarkan tubuhku dingin kembali. Setelah dingin, aku diambil oleh seorang wanita cantik dan diletakkan di atas lemari kaca. Aku sungguh tidak percaya ketika kulihat di kaca. Sebuah bayangan diriku. Ternyata aku begitu cantik dan indah. Semua penderitaan dan penyiksaan yang kualami menjadi seperti ini.”

Inspirasi :
Begitulah juga Tuhan membentuk diri kita, begitu banyak ujian dan rintangan yang diturunkan Tuhan. Dan betapa sering kita mengeluh. Merasa bahwa semua adalah penyiksaan tanpa batas yang berlebihan. Padahal, Tuhan sedang membentuk kita lewat sekian banyak cobaan. Dan ketika akhir kehidupan, kita pun akhirnya mengerti apa arti semua penderitaan dan menjadi seseorang yang luar biasa.
Yakinlah bahwa di dunia ini tidak ada yang namanya gagal. Yang ada hanya belajar menjadi lebih baik. Jadi setiap kegagalan yang kamu rasakan sebetulnya adalah anak tangga menuju tingkat keberhasilan dan pendewasaan yang lebih tinggi. Dengan adanya kegagalan atau musibahlah kamu bisa mencapai tingkat kehidupan yang lebih baik dari saat ini.
Dale Carnegie pernah bilang, “Orang-orang negro yang hidup di wilayah selatan dan orang-orang Cina jarang sekali terkena penyakit yang disebabkan depresi. Hal ini disebabkan karena mereka menghadapi segala permasalahan dengan cara yang tenang.”
Cobalah rumuskan kembali tujuan hidupmu, dan gambarkan dalam sebuah kata-kata yang nyata, yang terukur. Kemudian, coba teliti kembali tindakan-tindakan yang dilakukan. Apakah sesuai dengan tujuan yang memang kamu inginkan. Misalkan, jika kamu ingin lulus di UN, apakah hasil ulangan harian kamu untuk mata pelajaran yang diujikan sudah baik? Hal ini untuk mengontrol dan memonitor diri sendiri. Memastikannya tidak keluar dari track yang seharusnya. Yaitu jalur menuju keberhasilan. Jalur menuju lebih baik.
Janganlah takut mencoba. Seperti anak kecil yang awalnya merangkak, kita ngeliat orang yang lebih gede jalan kaki trus pengen nyoba jalan juga. Dikit-dikit kita pun mulai mengembangkan kemampuan berjalan, dari mulai berdiri dengan dua kaki, trus jalan raksasa (langkah satu-satu trus gedubrak!). Waktu nyoba jalan ini, ga jarang kita kesandung dan nangis. Tapi, pernah kepikiran berenti nyoba ga? Atau, “Yah, kayaknya gw emang ga ditakdirin buat jalan deh, gw ngerangkak aja deh ampe tua”? Enggak kan? Tiap hari kita terus nyoba, dan ngembangin keseimbangan kita, sampai akhirnya berhasil menjelajahi dunia ini. Buktinya.......
Yang penting dari pengalaman itu, gimana kita pernah memandang sebuah kegagalan. Kegagalan bukanlah hal besar yang harus ditakutkan. Waktu kita jatuh, kan ga pernah mikir, “Mudah-mudahan Mama ga liat...” Setiap kegagalan itu adalah umpan balik yang kita butuhkan untuk mengubah beberapa hal dalam teknik kita. Setelah merasakan kegagalanlah kita bisa memperbaiki kesalahan dan mencapai keberhasilan.
Kamu bisa mulai merancang tujuan-tujuan hidup kamu mulai hari ini, saat ini, dan berusaha meraihnya dengan cara yang sama dengan waktu belajar jalan dulu. Seandainya aja, ga ada omongan-omongan negatif dari orang-orang di sekitar kita, mungkin kita udah ngerjain semua yang kita pengen ga perduli betapa pun susahnya itu. Waktu kecil kan gada juga yang ngeliat kita jatuh trus ngomong, “Udah lupain aja, lo bakal ngerangkak seumur hidup kok!” Setau om sih, orang-orang dewasa yang ngeliat anak kecil belajar jalan pasti nanggepin dengan senyuman, dan itu bakal nambah semangat si anak untuk terus berusaha. Seiring waktu berjalan, orang-orang dewasa di sekitar kita mulai melontarkan satu-dua komentar negatif, bukannya jahat, tapi mereka ngelakuin itu dengan tujuan agar kita terhindar dari kesakitan, cuma ya itu tadi, efek sampingnya kita malah jadi takut macam-macam.
Contohnya nih, kamu baru pulang dari sekolah dengan kesal, soalnya di sekolah main bola, kamu jarang dioperin bola sama temen, trus ibu kamu bilang, “Tenang aja, Bud, ga semua orang jago main bola kok.” Kayaknya sih sayang, tapi efeknya....seolah-olah kamu ga usah buang-buang waktu soalnya kamu ga bakal bisa main bola. Hal ini ga terjadi cuma di satu hal aja, masih banyak lagi contoh lain munculnya citra negatif diri kita akibat pernyataan-pernyataan “sayang” ini. Ujung-ujungnya kita ga pernah bisa tahu apa sebenarnya kemampuan kita karena komentar-komentar ini. Satu-satunya kegagalan dalam hidup kita adalah kegagalan mencoba.

Kegagalan = puzzle keberhasilan

Terjun payung dilakukan pertamakali dari sebuah balon udara oleh Andre-Jacques Garnerinthe di Perancis pada tahun 1793. Leonardo da Vinci membuat rancangan rinci tentang parasut di tahun 1485.

No comments:

Post a Comment