“Dan bahwa setiap pengalaman mestilah dimasukkan ke dalam kehidupan, guna memperkaya kehidupan itu sendiri. Karena tiada kata akhir untuk belajar seperti juga tiada kata akhir untuk kehidupan.” (Annemarie Schimmel)
Seorang anak muda berbicara dengan gurunya. Ia bertanya, "Guru, bisakah engkau tunjukkan dimana jalan menuju sukses ?"
Anak muda itu segera berlari menyusuri jalan yang ditunjukkan sang guru. Ia tak mau membuang-buang waktu lagi untuk meraih kesuksesan. Setelah beberapa saat melangkah tiba-tiba ia berseru, "Ha! Ini jalan buntu!"
Benar, di hadapannya berdiri sebuah tembok besar yang menutupi jalan. Ia terpaku kebingungan, "Barangkali aku salah mengerti maksud sang guru."
Kembali, Anak muda itu berbalik menemui sang guru untuk bertanya sekali lagi, "Guru, yang manakah jalan menuju sukses."
Sang guru tetap menunjuk ke arah yang sama.
Anak muda itu kembali berjalan ke arah itu lagi. Namun, yang ditemuinya tetap saja sebuah tembok yang menutupi. Ia berpikir, ini pasti hanya gurauan. Dan anak muda itu pun merasa dipermainkan.
Emosi dan dengan penuh amarah ia menemui sang guru, "Guru, aku sudah menuruti petunjukmu. Tetapi yang aku temui adalah sebuah jalan buntu. Aku tanyakan sekali lagi padamu, yang manakah jalan menuju sukses? Kau jangan hanya menunjukkan jari saja, bicaralah!"
Sang guru akhirnya berbicara, "Di situlah jalan menuju sukses. Hanya beberapa langkah saja di balik tembok itu. Siapa yang bilang tembok adalah batas akhir jalan itu?”
Inspirasi :
Melihat penghalang berada di depan, adalah sebuah jalan menuju kesuksesan. Apabila kamu berhasil menghancurkan penghalang itu, itulah yang dinamakan sukses. Karena, sukses bukan berarti berjalan di jalan bebas hambatan dan menikmati laju kendaraan tanpa ada gangguan. Sukses adalah keberhasilan mengalahkan ketidakmampuan.
Untuk soal yang satu ini, kayaknya kita musti nyontek bangsa Jepang. Dengan berbagai kekurangan yang dialami negaranya setelah perang, Jepang malah mampu menjadi salah satu raksasa ekonomi dunia. Dengan mengandalkan lebih dari 85 persen sumber energinya dari negara lain, Jepang masih sanggup bertahan tanpa mengalami krisis. Karena luas tanah produktif yang amat terbatas, rakyat Jepang bersaing ketat dalam pemilikan lahan. Tapi, hambatan ini justru membuat masyarakat Jepang menjadi orang yang super kreatif. Dengan lahan yang sedikit, mereka sanggup mengoptimalkannya sebagai lahan pertanian. Mereka tumbuh menjadi bangsa yang amat membenci pemborosan. Makanya, ketika banyak barang bekas di sana, ga dibiarin terbuang begitu saja, mereka jual lagi tu barang bekas ke negara-negara dunia ketiga, kayak negara kita ini.
Ketika ga lulus SPMB misalnya, itu bukan sebuah akhir dari segalanya. Ada alternatif-alternatif lain selain menembus perguruan tinggi negeri lewat SPMB. Toh orang-orang yang kuliah di perguruan tinggi negeri bukanlah sebuah jaminan bahwa mereka adalah calon-calon orang sukses di negeri ini. Masih banyak orang biasa, bahkan lulusan SD saja, tapi berhasil melebihi pencapaian seorang sarjana S3 sekali pun. Lagipula, sekarang itu perguruan tinggi negeri emang sengaja mengurangi mahasiswa yang masuk lewat jalur SPMB dengan tujuan nambah pemasukan. Maklumlah, sejak perguruan tinggi tidak mendapat dana yang memadai dari pemerintah, mereka harus pintar-pintar nyari duit buat ngebiayain berjalannya pendidikan.
Justru itulah gunanya mempersiapkan beberapa rencana dalam kehidupan. Jangan hanya bergantung pada satu rencana aja. Di cerita tadi juga kelihatan kan. Kalau kita ketemu jalan buntu, bukan berarti perjalanan tidak bisa dilanjutkan. Hanya saja, kita harus merubah rencana untuk melanjutkan perjalanan tersebut. Apakah itu manjat tembok penghalang tadi, berbalik arah, nyari jalan lain, atau lebih ekstrim lagi ngancurin tembok tersebut.
So, siapkan beberapa rencana dalam kehidupan. Soalnya ga da yang tahu apa yang bakal terjadi di kemudian hari, dan kalau seandainya semua tidak seperti yang diharapkan, setidaknya kita sudah punya rencana cadangan. Rencana cadangan juga ga berhasil, masih ada rencana cadangannya cadangan, begitu seterusnya. Dengan kata lain, ga usah kehabisan akal. Ok bro?
Kode batang (Bar codes) ditemukan oleh Bernard Silver dan Norman Woodland. Mereka menggunakan sistem pencahayaan untuk membaca sebuah set lingkaran terpusat, tetapi baru dua dekade kemudian sistem tersebut menjadi lebih praktis dengan bantuan komputer.
No comments:
Post a Comment