“Sahabat terbaik dari kebenaran adalah waktu, musuhnya yang paling besar adalah prasangka, dan pengiringnya yang paling setia adalah kerendahan hati.” (Caleb Charles Colton) |
Pada suatu hari yang cerah. Raja mengadakan perburuan bersama dengan penasehat dan pengawal-pengawalnya. Mereka bergerak ke tengah hutan dalam bentuk kelompok besar. Raja dan penasehatnya menunggangi kuda sementara para pengawal mengikuti di sekelilingnya.
Raja dan penasehat sudah lama saling kenal, dan mereka telah menjadi pasangan tak terpisahkan ketika mengambil segala keputusan penting bagi Negara. Mereka berdua juga adalah sahabat baik yang saling melengkapi satu sama lain.
Beberapa saat kemudian, terlihatlah seekor rusa dari kejauhan. Seluruh peserta perburuan segera mengambil posisi. Raja bersiap dengan busurnya. Raja tidak menyadari, ada seekor ular yang merayap pelan menyusuri tanah di depan kudanya. Tak dinyana, kuda pun kaget dan ketakutan. Ia menaikkan kaki menghindari ular tersebut. Tentu saja raja kaget. Dengan busur di tangannya, dia tak mampu menyelamatkan diri. Dan terbanting ke tanah. Tangannya patah. Akhirnya penasehat memutuskan rombongan untuk pulang ke istana.
Sesampai di istana, raja langsung dirawat oleh tabib kerajaan. Dengan seksama sang tabib merawat luka Raja, dan membalut tangan raja. Raja kemudian memanggil penasehatnya yang setia. “Tuhan membenciku, dia mencelakaiku hari ini.”
“Sepertinya tidak yang mulia, saya yakin ada rahasia kebaikan di balik peristiwa ini.” Jawab si penasehat.
“Sekian lama kita bersahabat, baru kali ini kau menentang pendapatku. Sudahlah, kita tidak usah berteman lagi.” Karena rasa sakit yang dialaminya, raja menjadi sangat sensitif.
Keesokannya, raja mengadakan perjalanan ke tengah hutan, kali ini bukan untuk berburu. Tapi hanya ingin menikmati keindahan alam di sekitar hutan raya. Rombongan yang dibawa tidak sebanyak dulu lagi. Hanya membawa beberapa orang pengawal saja.
Di tengah hutan, raja dan rombongan diserang sekelompok suku primitif yang sudah lama menguasai hutan itu. Tentu saja raja dan rombongannya langsung takluk di tangan suku asing itu. Raja ditawan.
Ternyata, malamnya. Suku itu mengadakan upacara menyerahkan korban untuk Dewa mereka. Karena raja adalah yang paling rupawan di antara mereka ia langsung menjadi calon korban. Raja digiring menghadap kepala suku. “Inilah calon korban kita malam ini Tetua.” Begitu lapornya pada kepala suku.
“Biar aku periksa dulu.” Setelah memeriksa sekian lama, dia berkata, “Tidak, bukan dia.”
“Kenapa?” kata para penjaga penjara itu.
“Lihat tangannya, sudah cacat dan penuh luka begitu, korban yang baik adalah korban yang tanpa cacat. Dia tidak berguna. Lepaskan saja.” Akhirnya raja dan pengikutnya dibebaskan.
Sesaat setelah dibebaskan, raja langsung teringat pada perkataan penasehatnya, “Ternyata dia memang sahabatku yang baik, dalam setiap peristiwa pasti ada hikmahnya.” Katanya dalam hati.
Di istana raja langsung mencari sang penasehat. Lalu meminta maaf. Raja tak lupa menceritakan pengalamannya tadi. “Untung saya bertengkar dengan yang mulia.” Kata sang penasehat.
“Lho, kenapa?” Tanya sang raja keheranan.
“Kalau saya tidak bertengkar dengan raja, tentunya saya akan ikut dalam rombongan itu, dan sayalah yang akan terpilih menjadi korban.” Sang raja membenarkan pendapat sang penasehat dan terkagum-kagum pada kebijaksanaannya.
Inspirasi :
Setiap peristiwa dalam kehidupan ini terdapat sebuah makna yang tersimpan di dalamnya. Janganlah sedih atas segala sesuatu musibah dan kesulitan yang menimpa. Bisa jadi itulah salah satu cara dari Tuhan untuk memberikan anugerahNya.
Andai mendapat musibah atau kegagalan, jadikan kegagalan itu menjadi indah. Sepatutnya dengan kegagalan itu kita menjadi semakin menyadari bahwa tidak ada yang abadi di dalam hidup ini. Dan sisi baiknya, bahkan kegagalan itu pun tidak akan abadi adanya. So...jangan menganggap setiap musibah hanya akan menimbulkan kesengsaraan, justru di balik musibah tersebut pasti ada satu kesempatan menjadi lebih baik. Bahkan dalam aksara Cina, dalam kata kesulitan itu terdapat aksara yang melambangkan kesempatan.
Allah juga menjanjikan bahwa setiap kesulitan yang ditimpakan kepada diri kita, akan diikuti oleh kemudahan. Bahkan satu kesulitan diapit oleh dua kemudahan yang dikirimkan oleh Allah SWT. Hanya saja, kita terlalu terpaku pada kesengsaraan yang menimpa, dan lupa akan pintu kesempatan yang sedang dibukakan oleh Allah buat kita.
Dan, salah satu yang dapat membuat setiap kegagalan dan musibah menjadi indah adalah kesadaran bahwa Allah itu ada dan kita membutuhkan-Nya. Karena ingin meluluhkan kesombongan dan keangkuhan jiwa kita. Kadang Allah ngasih cobaan dan musibah itu karena pengen ngeliat muka kita. Kangen pada suara kita yang berdoa di hadapan-Nya. Dia ingin ditemui oleh kita, karena sangat mencintai kita. Bukannya ingin kita menderita. Berprasangka baiklah terhadap setiap musibah dan kesulitan yang menimpa kita.
Dengan musibah, semakin kuatlah hubungan empati antara sesama manusia. Mereka saling mendoakan, saling menghibur. Karena semuanya adalah sifat-sifat manusiawi yang diberikan oleh Allah, bahwa manusia yang satu akan merasa bertanggungjawab untuk dapat menyenangkan hati orang-orang yang terkena musibah. Akhirnya yang mendapat musibah pun dapat menerima musibah sebagai peluruh dosa dan kesalahan yang telah lalu bukannya siksaan.
Segala sesuatu itu terjadi karena Qadha dan Qadar. Ini adalah keyakinan yang pasti dari orang-orang mukmin. Bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini tidak akan terjadi tanpa seizin dan sepengetahuan Allah SWT. “Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis di dalam kitab (Lauhul Mahfudz) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (QS Al Hadid: 22)
Dalam sebuah hadits disebutkan, “Sungguh unik perkara orang mukmin itu! Semua perkaranya adalah baik. Jika mendapat kebaikan ia bersyukur, maka itu menjadi sebuah kebaikan baginya. Dan jika ditimpa musibah ia bersabar, maka itu juga menjadi sebuah kebaikan baginya. Dan ini hanya akan terjadi pada orang mukmin.”
Bahkan sabda Rasulullah, “Jika engkau memohon, maka memohonlah kepada Allah, dan engkau minta pertolongan mintalah kepada Allah. Ketahuilah bahwa seandainya seluruh makhluk itu berkumpul untuk memberikan manfaat kepadamu berupa sesuatu niscaya mereka tidak akan mampu memberikan manfaat kepadamu selain berupa sesuatu yang telah ditetapkan Allah bagimu. Dan, seandainya mereka semua berkumpul untuk mencelakakanmu dengan sesuatu, niscaya mereka tidak akan mampu mencelakakanmu kecuali dengan sesuatu yang ditetapkan Allah atasmu.”
Andai kamu mengalami kesulitan dan rasa sedih tak tertahankan lagi, mungkin beberapa tindakan berikut ini dapat kamu coba,
Pertama, izinkan diri untuk bersedih. Saat mengalami kejadian yang menyedihkan, kehilangan sahabat baik, kehilangan pekerjaan, dan kehilangan hal lainnya yang disayangi, izinkan diri sendiri untuk merasakan berbagai jenis emosi yang berbeda. Coba bersabar dengan diri sendiri. Bahwa perasaan itu akan hilang dengan berlalunya waktu.
Kedua, kuatkan lagi iman kita. Di saat susah, kita sering bertanya, “Mengapa ini terjadi pada saya?” Ingatkan kembali diri kita, sama seperti matahari yang terbit dan terbenam setiap hari, semua terjadi atas kuasa-Nya. Begitu juga dengan apa yang menimpa diri kita.
Ketiga, terima perasaan itu apa adanya. Berbicara dengan teman yang pernah mengalami kejadian serupa atau bergabunglah dengan kelompok-kelompok sosial. Tujuannya, agar kita bisa menyikapi bahwa semua yang terjadi pada diri kita adalah sesuatu yang normal adanya. Efek lainnya, merasa lebih tenang dan bukan sebaliknya, merasa lebih buruk.
Keempat, tetapkan tujuan hidup yang realistis. Daripada susah payah untuk berusaha sempurna, dapatkan kebahagiaan dengan melihat apa saja yang kita lakukan sebagai sudah cukup baik. Beri penghargaan pada diri sendiri atas setiap prestasi kecil yang sudah diraih. Ini akan memudahkanmu untuk menemukan kembali kebahagiaanmu yang hilang.
Sebagai penutup, cobalah renungkan firman Allah ini, “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.” (QS Al Baqarah: 216)
You see.......
Eugene Ely mendaratkan sebuah pesawat diatas kapal pada tahun 1911, tetapi kapal pengangkut pesawat terbang (kapal induk) belum disempurnakan hingga 20 tahun setelah peristiwa itu.
No comments:
Post a Comment